Sunday, May 10, 2015

NILAI KESOPANAN YANG DI BAWA DARI KECIL HINGGA KE NEGERI ORANG YAITU TAIWAN

 Kisah ini sebenar bukan merupakan pengalaman saya langsung, akan tetapi merupakn cerita temen saya yang sama-sama berjuang dalam di negeri orang yang secara tidak sengaja saat di sedang kerja yaitu dengan menjajakan kartu perdana gratis ( oya di Taiwan kartu perdana HP dibagikan secara cuma-cuma).
Begini ceritanya :
Waktu itu saat temen saya duduk untuk menunggu calon customernya datang seorang pemuda dan duduk lah iya dekat temen saya dan kemudian berkata.
"maaf mbak, boleh saya merokok ?"
aku menoleh, mengalihkan pandangan dari kegiatan mengamati manusia-manusia yang hilir mudik disepanjang jalan didepan warung Indonesia di kota ini.
"ooh.. silakan mas... bebas kok.." sahutku sambil mengulas senyum. Sejenak aku sempat termagu, baru kali ini ada yg minta ijin merokok didepanku. Pemuda yang sopan, batin ku dalam hati. Jenis yang konon makin langka ditemui saat ini.
"Udah lama kerja disini ?" aku mencoba membuka percakapan. Kebetulan warung sedang sepi.
"Baru 8 bulan mbak. kalo mbaknya gimana"
"iya.. kurang lebih sama.. " aku menjawab.. Percakapan kemudian mengalir. Kami saling bertukar cerita.
"Adik saya juga kuliah mbak, di Poltekes. Anaknya pintar, nggak kayak mas nya" kali ini giliran si pemuda yang bercerita. "saya ndak ngerti soal2 kuliah mbak, ngertinya ngirim uang saja buat ibu dan adik saya. Adik saya sholeha, nggak bandel kayak saya" mata pemuda itu menerawang jauh sambil mengamati kepulan asap yang dihasilkan dari rokok yang dihisapnya.
Saya hanya tersenyum. "Kakak yang sayang sama adiknya seperti sampeyan, itu kakak yang baik, bukan kakak yang bandel.." jawabku menghibur.
Pemuda itu tergelak.. Kembali menghisap dalam2 rokoknya sebelum melanjutkan bicara.."Politeknik itu 3 tahun ya mbak, kuliahnya"
Aku mengangguk mengiyakan.. "Kalo D3 ya 3 tahun.. Kalo D4 ya 4 tahun. Adik sampeyan ngambil D3 apa D4?"
"Yo mbuh mbak.. Sy nggak ngerti. Tapi adik saya itu dapat beasiswa mbak. Dia dari kecil juara terus. Sama gurunya didaftarkan beasiswa sehingga bisa kuliah" Raut wajahnya berubah lembut, menyiratkan kebanggaan. Pemuda itu merogok kantongnya mengeluarkan dompet dan mengambil sebuah foto didalamnya.. "Ini adek saya mbak. Dia hapal alqur'an juga"
Aku mengulurkan tangan mengambil foto yang diperlihatkan. Sesosok gadis muda berwajah bening memandangku. "Adiknya cantik mas" sahutku sambil mengembalikan foto.
"Kasihan adik saya mbak, bapak saya meninggal waktu dia masih kecil. Saya juga merantau karena ingin adik saya jadi orang. Biar pintar nggak kayak saya. Saya capek kerja disini, jarang libur mbak. Tapi liat adek saya berprestasi rasanya capeknya hilang, mbak"
Aku mangut-mangut sambil mendengar ceritanya. Selalu ada kisah pilu dibalik sumringah senyum dan gelak tawa pekerja migran. Sejumput harapan yang dirajut untuk kehidupan yang lebih baik kelak.. Semoga...
Nah itu lah sekilas cerita dari temen saya, kenapa saya tertarik untuk mengulasnya kembali karena nilai ketimuran itu masih lebih baik bila di bandingkan dengan nilai yang dibawa oleh orang barat kenegeri kita Indonesia, nilai kebudaaan barat telah merusak  sendi kehidupan kita, sedangkan nilai luhur budaya kita itu hendanya di tanam kan kenurani kita dan anak cucu kita... Mudah-mudahan bagasa Indonesia menjadi bangsa yang besar amin..

No comments:

Post a Comment