Tuesday, May 5, 2015

MENJADIKAN DIRI SEBAGAI OBJEK PENDERITA

Kisah ini merupakan kisah nyata yang terjadi beberapa minggu yang lalu. Saya menjadi kan diriku sebagai objek penderita untuk melatih temenku yang merupakan temen senasib sepenanggungan selama dirantau orang, agar dia dapat memotong rambut dengan baik dan bagus hasilnya.

Faktanya selama ini memang hanya saya yang sedikit mempunyai keahlian potong rambut dibanding teman-teman lain yang mempunyai keahlian di bidang lain seperti yang pandai dan hobi memasak. Kemampuan memotong rambut ini saya dapatkan dengan sendirinya semenjak saya dulu dibangku kelas 3 SMP. Kalau diurut kejadiannya yang jadi korban pertama saya adalah adek bungsu saya. Hal ini dikarenakan hanya dia yang mau jadi korban, sehingga saya bisa memotong rambut saat ini. Dan ternyata kemampuan ini sangatlah berguna setiap kali saya merantau jauh dari negara kita (Indonesia). Dan saya selalu menjadi tukang potong rambut bagi temen-temen yang sama-sama berjuang di rantauan dan problem, siapa yang potong rambut bagi saya. Ya, terpaksa kita harus menjadi kelinci percobaan deh biar ada salah satu temen yang lain dapat memotong rambut juga dengan baik dan bagus hasilnya.

Mengapa ini saya lakukan? Karena didorong keinginan agar dapat mengurangi biaya potong rambut di ROC Taiwan,  lumayan sekitar NT$ 100, sebab biaya ini bagi kita uang sebesar itu cukup buat makan tiga kali dalam sehari, dan menjadi hal yang penting buat penghematan he he..he he.. :).
Kemudian hal lainnya adalah memberikan bahan pembelajaran, istilah yang kerennya adalah transfer knowledge (he he he..:)) dan tentunya juga ngak mungkinlah seorang pemangkas rambut dapat memangkas rambutnya sendiri dengan baik dan bagus, kecuali cukur habis dengan ukuran tertentu model satu centi yang istilah kerennya.


Setelah  menjadi model uji coba 4 kali ini maka akhirnya saya merasakan bahwa temen saya itu sekarang sudah cukup baik dalam memotong rambut. Alhamdullah, saya dan temen ini pun merasa sama-sama senang, yang paling seneng kadarnya (bila saya yang omong loe) adalah saya, karena sekarang ini saya tidak perlu kuatir lagi apabila temen ini yang memotong rambut saya.


No comments:

Post a Comment